KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Segala
puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya kita menyembah.
Dan juga salawat serta salam selalu kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah mengubah manusia dari zama jahiliyah ke zaman islamiya degan suri
tauladan-Nya yang
baik..
Syukur
kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang “RUANG LINGKUP AQIDAH”, insya allah semua permasalahan ini
akan di rangkup dalam makalah ini. Agar pemahaman kita terhadap permasalahan
ini lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat.
Sistematika
makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang
akan dibahas dalam bab ini. Selanjutnya , membaca akan masuk pada inti
pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan, saran dari makalah ini.
Mudah-mudahan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang “RUANG
LINGKUP AQIDAH”.
Akhirnya,
kami orang yang menyusun makalah ini mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih kami ucapakan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bila
kita berbicara tentang ruang lingkup pengajaran agama, maka akan dikemukakan
beberapa bidang pembahasan pengajaran agama itu yang sudah menjadi mata
pelajaran yang berdiri sendiri di perguruan agama. Tentu saja seharusnya sudah
mempunyai metodik khusus untuk masing-masing pelajaran (fiqih, aqidah akhlak,
dan mata pelajaran agama yang lainnya).
Jumlah
dan jenis mata pelajaran dapat saja bertambah/dipecah dan mungkin di gabung.
Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena wahyu
dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah lagi, yang bertambah adalah bidang
studi dari segi pengelompokkannya serta pembahasannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka penulis dapat menemukan permasalahan yaitu
:
- Apa – apa saja Ruang lingkup Aqidah?
- Apa contoh dari Ruang lingkup Aqidah?
Sistematika Penulisan
Dalam makalah kami kami telah
menyusun rangkaian sebagai berikut:
Kata
Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
Bab II
Permasalahan
Bab III
Penutup
Daftar
Pustaka
Daftar Isi
Kata
Pengantar……………………………………………….………………………… i
Bab I. Pendahuluan ………………………………………….………………………….
ii
Bab II. Permasalahan ….....………………………………….………………………….
1
Bab III. Penutup
……………………………………………………………..………… 22
Daftar Pustaka……………………………………………
BAB II
PERMASALAHAN
RUANG
LINGKUP AQIDAH
Dalam
pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan
seseorang, nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia
kecil.
Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan aqidah dan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Larangan Allah berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalamIslam.
Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan aqidah dan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Larangan Allah berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalamIslam.
Hasan al-Banna mengatakan bahwa
ruang lingkup aqidah islam meliputi ilahiyah, nubuwwah, ruhuniyah, dan
sam’iyah.
A. Ilahiyah
Ilahiyah yaitu pembahasan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud, nama-nama,
sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah swt.
1.
Wujud Allah SWT
Bagaimana kita mengetahui wujud
Allah? Jawabannya, ketika kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet
bergerak teratur, malam dan siang berganti dengan keteraturan yang amat detil.
Mungkinkah mereka bergerak sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah
diciptakan dan diatur oleh Allah swt. Jika Allah tidak ada, kita memohon
ampunan kepada-Nya mustahil matahari,
bulan, bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan
dengan pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula tidak akan ada
makhluk yang sangat tergantung dengan mereka semua.
“Apakah mereka diciptakan tanpa
sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan).” (At-Tur:35-36).
Wujud Allah telah dibuktikan oleh
fitrah, akal, syara’ dan indera.
Ø Dalil Fitrah
Bukti fitrah tentang wujud Allah
adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa
terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan
fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat
memalingkannya. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Semua bayi yang dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Kristen, atau
Majusi. ” (HR. Al Bukhari)
Ketika seseorang melihat makhluk
ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan
menyimpulkan ada semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin
ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana,
kita melihat ada orang yang berdo’a, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu
Allah mengabulkan do’anya.
Adapun tentang pengakuan fitrah
telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu
menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’
Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami
lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan:
‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua
kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah
anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).
Ayat ini merupakan dalil yang sangat
jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa
manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syari’at, kita menyakini
bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi
seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha
Bijaksana.
Ø Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)
Bukti indera tentang wujud Allah
dapat dibagi menjadi dua:
·
Kita dapat mendengar dan menyaksikan
terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan
kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti
tentang wujud Allah. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum
itu ketika dia berdoa dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia
beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiyaa 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (Al Anfaal 9)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (Al Anfaal 9)
Anas bin Malik berkata, “Pernah ada
seorang Badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi tengah berkhutbah.
Lelaki itu berkata, “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh
warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah untuk mengatasi
kesulitan kami. ” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum
turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada hari Jum’at yang
kedua, orang Badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah,
bangunan kami hancur dan harta benda pun tenggelam, doakanlah akan kami ini
(agar selamat) kepada Allah. ” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya,
seraya berdoa: “Ya Rabbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan janganlah
Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami. ” Akhirnya beliau tidak
mengisyaratkan pada suatu tempat, kecuali menjadi terang (tanpa hujan). ” (HR.
Al Bukhari)
·
Tanda-tanda para Nabi yang disebut
mu’jizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang
jelas tentang keberadaan Yang Mengutus para Nabi tersebut, yaitu Allah, karena
hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai
pemerkuat dan penolong bagi para Rasul.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa
untuk memukul laut dengan tongkatnya, Nabi Musa memukulkannya, lalu terbelahlah
laut itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air di antara
jalur-jalur itu menjadi seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman,
yang artinya: “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar. ” (Asy Syu’ara 63)
Contoh kedua adalah mu’jizat Nabi
Isa ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari
kubur dengan ijin Allah.
“…dan aku menghidupkan orang mati
dengan seijin Allah…” (Al Imran 49)
“…dan (ingatlah) ketika kamu
mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup) dengan ijin-Ku…” (Al
Maidah 110)
Contoh ketiga adalah mu’jizat Nabi
Muhammad ketika kaum Quraisy meminta tanda atau mu’jizat. Beliau mengisyaratkan
pada bulan, lalu terbelahlah bulan itu menjadi dua, dan orang-orang dapat
menyaksikannya. Allah berfirman tentang hal ini, yang artinya: “Telah dekat
(datangnya) saat (Kiamat) dan telah terbelah pula bulan. Dan jika mereka
(orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan
berkata: “ (Ini adalah) sihir yang terus-menerus. ” (Al Qamar 1-2)
Tanda-tanda yang diberikan Allah,
yang dapat dirasakan oleh indera kita itu adalah bukti pasti wujud-Nya.
Ø Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)
Bukti akal tentang adanya Allah
adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu
maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk
menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan.
Tidak mungkin wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan
dapat menciptakan dirinya sendiri. Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.
Lihatlah sekeliling anda dari tempat
duduk anda. Akan anda dapati bahwa segala sesuatu di ruang ini adalah “buatan”:
dindingnya sendiri, pelapisnya, atapnya, kursi tempat duduk anda, gelas di atas
meja dan pernak-pernik tak terhitung lainnya. Tidak ada satu pun yang berada di
ruang anda dengan kehendak mereka . Gulungan tikar sederhana pun dibuat oleh
seseorang: mereka tidak muncul dengan spontan atau secara kebetulan.
Begitu pula, orang yang memandang
suatu pahatan tidak sangsi sama sekali bahwa pahatan ini dibuat oleh seorang
pemahat. Hal ini bukan mengenai karya seni saja: batu bata yang bertumpukan pun
pasti dikira oleh siapa saja bahwa tumpukan batu bata sedemikian itu disusun
oleh seseorang dengan rencana tertentu. Karena itu, di mana saja yang terdapat
suatu keteraturan, entah besar entah kecil, pasti ada penyusun dan pelindung
keteraturan ini. Jika pada suatu hari seseorang berkata dan menyatakan bahwa
besi mentah dan batu bara bersama-sama membentuk baja secara kebetulan, yang kemudian
membentuk Menara Eiffel secara lagi-lagi kebetulan, tidakkah ia dan orang yang
mempercayainya akan dianggap gila?
Pernyataan teori evolusi, suatu
metode unik penyangkal keberadaan Allah, tidak berbeda daripada ini. Menurut
teori ini, molekul-molekul anorganik membentuk asam-asam amino secara
kebetulan, asam-asam amino membentuk protein-protein secara kebetulan, dan
akhirnya protein-protein membentuk makhluk hidup secara lagi-lagi kebetulan.
Akan tetapi, kemungkinan pembentukan makhluk hidup secara kebetulan ini lebih
kecil daripada kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan cara yang serupa,
karena sel manusia bahkan lebih rumit daripada segala struktur buatan manusia
di dunia ini.
Bagaimana mungkin mengira bahwa
keseimbangan di dunia ini timbul secara kebetulan bila keserasian alam yang
luar biasa ini pun bisa teramati dengan mata telanjang? Pernyataan bahwa alam
semesta, yang semua unsurnya menyiratkan keberadaan Penciptanya, muncul dengan
kehendaknya sendiri itu tidak masuk akal.
Karena itu, pada keseimbangan yang
bisa dilihat di mana-mana dari tubuh kita sampai ujung-ujung terjauh alam
semesta yang luasnya tak terbayangkan ini pasti ada pemiliknya. Jadi, siapakah
Pencipta ini yang mentakdirkan segala sesuatu secara cermat dan menciptakan
semuanya?
Ia tidak mungkin Dzat material yang
hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada sebelum adanya alam
semesta dan menciptakan alam semesta dari sana. Pencipta Yang Maha Kuasa,
Dialah yang mengadakan segala sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau
pun akhir.
Agama mengajari kita identitas
Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui akal kita. Melalui agama
yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih dan
Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari kehampaan.
Meskipun kebanyakan orang mempunyai
kemampuan untuk memahami kenyataan ini, mereka menjalani kehidupan tanpa
menyadari hal itu. Bila mereka memandang lukisan pajangan, mereka takjub siapa
pelukisnya. Lalu, mereka memuji-muji senimannya panjang-lebar perihal keindahan
karya seninya. Walau ada kenyataan bahwa mereka menghadapi begitu banyak
keaslian yang menggambarkan hal itu di sekeliling mereka, mereka masih tidak
mengakui keberadaan Allah, satu-satunya pemilik keindahan-keindahan ini. Sesungguhnya,
penelitian yang mendalam pun tidak dibutuhkan untuk memahami keberadaan Allah.
Bahkan seandainya seseorang harus tinggal di suatu ruang sejak kelahirannya,
pernak-pernik bukti di ruang itu saja sudah cukup bagi dia untuk menyadari
keberadaan Allah.
Tubuh manusia menyediakan begitu
banyak bukti yang mungkin tidak terdapat di berjilid-jilid ensiklopedi. Bahkan
dengan berpikir beberapa menit saja mengenai itu semua sudah memadai untuk
memahami keberadaan Allah. Tatanan yang ada ini dilindungi dan dipelihara oleh
Dia.
Tubuh manusia bukan satu-satunya
bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di setiap milimeter bidang di bumi ini,
entah bisa diamati oleh manusia entah tidak. Dunia ini mengandung begitu banyak
makhluk hidup, dari organisme uniseluler hingga tanaman, dari serangga hingga
binatang laut, dan dari burung hingga manusia. Jika anda menjumput segenggam
tanah dan memandangnya, di sini pun anda bisa menemukan banyak makhluk hidup
dengan karakteristik yang berlainan. Di kulit anda pun, terdapat banyak makhluk
hidup yang namanya tidak anda kenal. Di isi perut semua makhluk hidup terdapat
jutaan bakteri atau organisme uniseluler yang membantu pencernaan. Populasi
hewan di dunia ini jauh lebih banyak daripada populasi manusia.
Jika kita juga mempertimbangkan dunia
flora, kita lihat bahwa tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak
mengandung kehidupan. Semua makhluk ini yang tertebar di suatu bidang seluas
lebih daripada jutaan kilometer persegi itu mempunyai sistem tubuh yang
berlainan, kehidupan yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda terhadap
keseimbangan lingkungan. Pernyataan bahwa semua ini muncul secara kebetulan
tanpa maksud atau pun tujuan itu gila-gilaan. Tidak ada makhluk hidup yang
muncul melalui kehendak atau upaya mereka sendiri. Tidak ada peristiwa
kebetulan yang bisa menghasilkan sistem-sistem yang serumit itu.
Semua bukti ini mengarahkan kita ke
suatu kesimpulan bahwa alam semesta berjalan dengan “kesadaran” (consciousness)
tertentu. Lantas, apa sumber kesadaran ini? Tentu saja bukan makhluk-makhluk
yang terdapat di dalamnya. Tidak ada satu pun yang menjaga keserasian tatanan
ini. Keberadaan dan keagungan Allah mengungkap sendiri melalui bukti-bukti yang
tak terhitung di alam semesta. Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi ini
yang tidak akan menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun
demikian, mereka masih mengingkarinya “secara lalim dan angkuh, kendati hati
sanubari mereka meyakininya” sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an.
(Surat An-Naml: 14)
Semua makhluk tidak mungkin tercipta
secara kebetulan, karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta.
Adanya makhluk-makhluk itu di atas undang-undang yang indah, tersusun rapi, dan
saling terkait dengan erat antara sebab-musababnya dan antara alam semesta satu
sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak keberadaan seluruh makhluk secara
kebetulan, karena sesuatu yang ada secara kebetulan, pada awalnya pasti tidak
teratur.
Kalau makhluk tidak dapat
menciptakan diri sendiri, dan tidak tercipta secara kebetulan, maka jelaslah,
makhluk-makhluk itu ada yang menciptakan, yaitu Allah Rabb semesta alam.
Allah menyebutkan dalil aqli (akal)
dan dalil qath’i dalam surat Ath Thuur: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu
pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Ath Thuur 35)
Dari ayat di atas tampak bahwa
makhluk tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya
sendiri. Jadi jelaslah, yang menciptakan makhluk adalah Allah.
Ketika Jubair bin Muth’im mendengar
dari Rasulullah yang tengah membaca surat Ath Thuur dan sampai kepada ayat-ayat
ini: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan
bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah
di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa?” (Ath
Thuur 35-37)
“Ia, yang tatkala itu masih musyrik
berkata, “Hatiku hampir saja terbang. Itulah permulaan menetapnya keimanan
dalam hatiku. ” (HR. Al Bukhari)
Dalam hal ini kami ingin memberikan
satu contoh. Kalau ada seseorang berkata kepada Anda tentang istana yang
dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai, dialasi oleh
hamparan karpet, dan dihiasi dengan berbagai perhiasan pokok dan penyempurna,
lalu orang itu mengatakan kepada Anda bahwa istana dengan segala
kesempurnaannya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta secara kebetulan
tanpa pencipta, pasti Anda tidak akan mempercayainya, dan menganggap perkataan
itu adalah perkataan dusta dan dungu. Kini kami bertanya pada Anda, masih
mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa yang berada di dalamnya
tercipta dengan sendirinya atau tercipta secara kebetulan?!
Ø Dalil Naqli (Dalil Syara’)
Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa
seluruh kitab langit berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung
kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa
kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala
kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh
realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan
dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk
mewujudkan apa yang diberitakan itu.
Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-nisa’:82)
Demikian juga adanya para Rasul dan
agama yang bersesuaian dengan kemaslahatan umat manusia menunjukkan adanya
Allah, karena tidak mungkin ada agama dan Rasul kecuali ada yang mengutusnya.
Akan tetapi agama-agama yang ada selain Islam telah mengalami penyimpangan dan
perubahan sehingga mereka menyimpang dari jalan yang lurus.
Setelah kita mengenal dan mengimani
keberadaan Allah sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka perlu kita kenali
Allah sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur semua
makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari
ketiadaan, Allah berfirman:
Allah pencipta langit dan bumi, dan
bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya
mengatakan kepadanya:”Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah:117)
Dialah satu-satunya pemilik
sebagaimana Dia adalah satu-satunya pencipta, demikian juga Dia pengatur
satu-satunya yang mengatur segala sesuatu. Semua ini diakui oleh kaum musyrikin
Makkah, sebagaimana diberitakan dalam Al Qur’an: Katakanlah: “Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan.” Maka mereka menjawab: “Allah.” Maka
katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus:31)
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi
ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui” Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah:
“Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?”
Mereka akan menjawab: “kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak
bertaqwa?” Katakanlah: “Sipakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala
sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.”
Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS.
Al-Mu’minun:84-89)
Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka :”Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:
“Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah).
(QS. Az-Zukhruf:87)
Ini semua menunjukkan imannya kaum
musyrikin terhadap Rububiyah Allah, akan tetapi hal ini tidak cukup untuk
menyelamatkan mereka. Memang demikianlah, sebab mereka belum merealisasikan
iman mereka terhadap Allah sebagai satu-satunya sesembahan.
Ø . Dalil Sejarah.
Adalah dalil-dalil kekuasaan dan
keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah berlaku di
atas muka bumi.
• Q.S Ali ‘Imran. :137, Sesungguhnya
telah lalu beberapa peraturan (Allah) sebelum kamu, maka berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan
agama.
• Q.S Al- A’raf:176, Demikianlah
umpamanya kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sebab itu kisahkanlah kisah
itu, mudah-mudahan mereka berpikir.
• Q.S Yusuf:111, Sesungguhnya dalam
kisah-kisah mereka itu ada ibrah (pengajaran) bagi orang-orang yang berakal.
• Q.S Hud:120, Setiap riwayat kami
kisahkan kepadamu di antara perkhabaran para Rasul supaya Kami tenteramkan
hatimu dengannya.
Ø Mengagungkan Allah dan
MenTauhidkan Allah.
Dari semua dalil-dalil yang dapat
dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan pandangan kita betapa keagungan
Allah swt begitu luar biasa dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan
ini. Langsung mencetuskan Tauhidullah yang luar biasa.
• Q.S Al-Anbiya’:92, Sesungguhnya
ini, ummat kamu (hai mukminin) ummat yang satu dan Aku Tuhanmu, sebab itu sembahlah
Aku.
2. Mengenal sifat-sifat Allah swt (مَعْرِفَةُ
صِفَاتِ اللهِ)
Bagaimana kita mengenal sifat Allah?
Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:
• التَّفْكِيْرُ
فِي مَخْلُوقَاتِ اللهِ Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.
• التَّعَلُّمُ
مِنْ رُسُلِهِ Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul
Sesungguhnya pada langit dan bumi
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang
beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang
bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum
yang meyakini. (Q.S Al-Jasiyah:3-4).
Apa maksudnya kita dapat mengenal
sifat Allah melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya? Bila Anda memperhatikan
sebuah mobil, Anda dapat memastikan bahwa:
• Logam yang ada pada mobil itu
menunjukkan kepada Anda bahwa pembuat mobil tersebut memiliki logam dan
kemampuan membentuk logam menjadi bentuk yang sesuai untuk mobil.
• Kaca yang Anda lihat menunjukkan
bahwa pembuat mobil itu memiliki kaca serta kemampuan untuk membentuk kaca
sesuai kebutuhan mobil (jendela, kaca depan, dll).
• Begitu pula dengan kabel tembaga
• Yang tidak kalah penting bahwa
mobil tersebut menunjukkan bahwa pembuatnya mempunyai kehendak, dan ilmu untuk
membuat mobil.
Apa hubungan antara contoh tadi dengan
mengenal sifat Allah swt? Beberapa sifat pembuat mobil dapat kita ketahui
melalui produk mobilnya, begitu pula dengan Allah swt (bagi-Nya permisalan yang
maha agung, Dia tidak seperti makhluk-Nya) kita dapat mengetahui sebagian
sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya.
• Bahwa hikmah (maksud &
manfaat) dari setiap makhluk yang diciptakan menunjukkan bahwa Penciptanya
memilki sifat Al-Hakim (Maha Bijaksana).
• Bahwa khibrah (ketelitian dan
kedalaman) dari penciptaan semua makhluk menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki
sifat Al-Khabir (Maha dalam dan detil pengetahuan-Nya).
Mungkinkah kita mengetahui seluruh
sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya? Tidak mungkin.
Mengapa? Bila kita berpikir tentang sebuah mobil, kita mengetahui bahwa
pembuatnya memiliki kemampuan, ilmu, ketelitian dan kehendak, dan bahwa ia
memiliki materi untuk membuat mobil berupa logam, kaca, dll.. Tapi kita tahu
apakah ia dermawan atau bakhil? Tinggi atau pendek? Menyukai kita atau membenci
kita, adil atau zhalim?
Demikian juga kita tidak mungkin
mengenal semua sifat Allah swt hanya dengan tafakkur, misalnya mengapa Allah
menciptakan kita? Dan Mengapa Dia mematikan kita? Kita juga tidak mungkin tahu
bahwa Allah adalah:
المَعْبُودُ Al-ma’bud (yang wajib diibadahi),
القُدُّوسُ Al-quddus (Maha Suci),
الأَعْلَى (Maha Tinggi),
الحَسِيْبُ (Maha Menghitung),
الغَفُورُ (Maha Pengampun).
القُدُّوسُ Al-quddus (Maha Suci),
الأَعْلَى (Maha Tinggi),
الحَسِيْبُ (Maha Menghitung),
الغَفُورُ (Maha Pengampun).
Lalu bagaimana kita mengenal sifat
Allah swt yang belum kita ketahui? Melalui para rasul ‘alaihimus salam yang
telah mengajarkan kepada kita apa yang dikehendaki Allah untuk kita ketahui.
“dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S Al-Baqarah:255).
B. Nubuwwah,
Nubuwwah
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul,
termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, dan keramat.
1. Nabi dan Rasul Allah
QS
Fathir 24: Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang
pemberi peringatan.
Nabi
adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat untuk
diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul adalah
manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan untuk
menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah
rasul. Nabi Muhammad saw adalah nabi dan rasul, firman Allah swt dalam
QS
Al Ahzab 45 : “Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.”
QS Al Ahzab 40: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
QS. Az Zukhruf : 6 – 7: Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
QS. Ghafir 78:
Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu.
QS Al Ahzab 40: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
QS. Az Zukhruf : 6 – 7: Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
QS. Ghafir 78:
Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu.
Didalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban didalam shahihnya dari Abu
Dzar al Ghifary berkata, ”Aku bertanya kepada Rasulullah saw berapakah jumlah
para nabi?” beliau bersabda: ”124.000.” Lalu aku bertanya berapa jumlah para
rasul?” Maka beliau bersabda: ”313.” Namun demikian hadits ini tidaklah
mutawatir sehingga menjadi tidak shohih, yang akhirnya akan menimbulkan dugaan2
yang tidak berdasar selain dari perkiraan2 saja. Dan lagi pula apa pentingnya
kita mengetahui detail masalah ini? Apa hubungannya dengan kehidupan ber-Islam
kita? Apakah sudah tidak ada lagi yang lebih mendesak atau lebih penting untuk
diketahui? Bahasa Arab, misalnya?
Masih banyak pendapat tentang hal ini dan tidak perlu disebutkan karena kita tidaklah dibebankan kecuali hanya sebatas mengetahui para rasul yang disebutkan didalam Al Qur’an al Karim yang berjumlah 25 orang, yang kebanyakan mereka disebutkan didalam firman Allah surat al An’am ayat 83 – 86 :Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu juga telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya Nuh; yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh. Dan Ismail, Ilyasa', Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat di masanya.
Didalam ayat-ayat itu disebutkan sebanyak 18 orang ditambah lagi tujuh orang rasul lainnya di beberapa ayat berbeda yang kemudian oleh sebagian ulama dibuat sebuah susunan menjadi:
“Dan itulah hujjah kami dari mereka yang berjumlah 18 sedangkan sisanya yang berjumlah tujuh adalah Idris, Hud, Syuaib, Shaleh. Selanjutnya Dzulkifli, Adam yang kemudian ditutup dengan orang terpilih; Muhammad saw” (al Hawi li al Fatawa, karya Imam Suyuthi hal 249)
Masih banyak pendapat tentang hal ini dan tidak perlu disebutkan karena kita tidaklah dibebankan kecuali hanya sebatas mengetahui para rasul yang disebutkan didalam Al Qur’an al Karim yang berjumlah 25 orang, yang kebanyakan mereka disebutkan didalam firman Allah surat al An’am ayat 83 – 86 :Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu juga telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya Nuh; yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh. Dan Ismail, Ilyasa', Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat di masanya.
Didalam ayat-ayat itu disebutkan sebanyak 18 orang ditambah lagi tujuh orang rasul lainnya di beberapa ayat berbeda yang kemudian oleh sebagian ulama dibuat sebuah susunan menjadi:
“Dan itulah hujjah kami dari mereka yang berjumlah 18 sedangkan sisanya yang berjumlah tujuh adalah Idris, Hud, Syuaib, Shaleh. Selanjutnya Dzulkifli, Adam yang kemudian ditutup dengan orang terpilih; Muhammad saw” (al Hawi li al Fatawa, karya Imam Suyuthi hal 249)
Imam
Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah bahwa seorang laki-laki bertanya,”Wahai
Rasulullah, apakah Adam adalah seorang nabi?” Beliau saw menjawab,”Ya.”
Kemudian orang itu bertanya,”Berapa masa antara dia dengan Nuh?” Beliau saw
menjawab,”10 abad.” Lelaki itu bertanya lagi,”Berapa masa antar Nuh dengan
Ibrahim?” Beliau saw menjawab,”10 abad.” Lelaki itu bertanya lagi,”Wahai Rasulullah
berapakah jumlah para rasul?” Beliau saw menjawab,”315.” Orang-orang yang
meriwayatkan (hadits ini) adalah orang-orang yang bisa dipercaya.
Urutan
para rasul adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq,
Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas,
Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad saw.
2. Kitab-kitab Allah
Ø
Kitab-Kitab Samawi Yang Disebutkan Di
dalam Al Quran
· Shuhuf Ibrahim
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu)
Kitab-kitab Ibrahim dan Musa” (QS. Al A’la : 14-19)
“Ataukah
belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan
lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?”
(QS. An Najm : 36-37)
·
Shuhuf Musa
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu)
Kitab-kitab Ibrahim dan Musa” (QS. Al A’la : 14-19)
“Ataukah
belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran- lembaran Musa? dan
lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?”
(QS. An Najm : 36-37)
· Taurat
“Dan
(ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan
yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.”
(QS. Al Baqarah : 53)
“Dia
menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,”
(QS. Ali Imran : 3)
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” (QS. Al Maidah : 44)
“Dan
mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala
mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.” Katakanlah:
“Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya
dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang
bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan
sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan
bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang
menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka),
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”
(QS. Al An’am : 91)
“Dan
Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan
menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al Maidah : 46)
“Dan
Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.” (QS.
Ali Imran : 48)
· Zabur
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu
(pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub,
Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.”
(QS. An Nisaa : 163)
“Jika
mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah
didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab
yang memberi penjelasan yang sempurna” (QS. Al Baqarah : 184)
“Dan
sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”
(QS. Al Anbiyaa : 105)
“Dan
Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain),
dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al Israa’ : 55)
· Injil
“Dia
menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,”
(QS. Ali Imran : 3)
“Dan
Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan
menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al Maidah : 46)
“Dan
Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.”
(QS. Ali Imran : 48)
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (QS. Al Fath : 29)
· Al
Quran
“Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,”
(QS. Al Baqarah : 2)
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (QS. Yusuf : 2)
“Maha
suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (QS.
Al Furqaan : 1)
“Dan
sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu
dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata:
“Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.” Dan Al Quran itu
tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.”
(QS. Al Qalam : 51-52)
“Apakah
(orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang
nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad)
dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman
dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara
mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran,
maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu
ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari
Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.”
(QS. Huud : 17)
“Tidaklah
mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta
alam.” (QS. Yunus : 37)
“Dan
jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab,
tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah
(patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al
Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang
dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS. Fushshilat : 44)
Ø
Nama-Nama Lain Al Quran
1.
Al Furqan
“Maha
suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”
(QS. Al Furqaan : 1)
2.
At Tanzil
“Dan
sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),” (QS. Asy
Syu’araa : 192-193)
3.
Adz Dzikru
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
4.
Al Kitab
“Haa
miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.” (QS. Ad Dhukaan : 1-3)
5.
Al Quran
“Sesungguhnya
Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar, ” (QS. Al Israa’ : 9)
Ø
Sifat –
sifat Al-Qur’an
1.
Nuur
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang
terang benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)
2.
Mubin
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang
terang benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)
3.
Huda
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
4.
Syiifa
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
5.
Rahmah
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
6.
Mau’idzah
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
7.
Basyir
“Sesungguhnya
Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan
jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al Baqarah
: 19)
8.
Nazir
“Sesungguhnya
Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan
jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al Baqarah
: 19)
9.
Mubarak
“Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran” (QS. Shaad : 38)
Ø Kedudukan Al Quran
1.
Al Quran adalah manhaj tarbiyah
islamiyah
2.
Al Quran sebagai kitab syari’ah
3.
Al Quran sebagai petunjuk jalan
dalam kehidupan ini
4.
Al Quran sebagai penyeru kepada
penghayatan (taddabur) ayat-ayat Allah swt di dalam Al Quran atau alam ini
5.
Al Quran sebagai mashdar ma’rifah
(referensi) sejarah yang mulia
3. Mukjizat
Mukjizat membawa maksud suatu keadaan
yang luar biasa berlaku atas kehendak dan kekuasaan Allah sebagai membuktikan
kerasulan rasul-rasul yang telah dilantik.
Ø
Tujuan
Mukjizat Dikarunia oleh Allah kepada
Rasul
Diantara tujuan utama Allah memberikan mukjizat
kepada RasulNya ialah untuk membuktikan kebenaran dakwah yang disampaikan. Ini
kerana setiap dakwah pada masa dahulu yang tidak disertakan dengan bukti
nescaya pendakwahan itu akan ditolak mentah-mentah.
Ø JENIS-JENIS MUKJIZAT
Mukjizat boleh dibagikan kepada dua jenis, yaitu:
a. Mukjizat Hissy
Mukjizat hissy ialah mukjizat yang dapat dicapai dan dirasai oleh pancaindera. Mukjizat jenis ini lebih mempengaruhi jiwa umum dan ianya mudah dimengerti oleh semua golongan manusia. Kebanyakan mukjizat yang Allah beri kepada para nabi dan rasul dari kalangan bani Israelialah berupa mukjizat hissy.
Ini kerana umat manusia pada masa itu kecerdasan mereka terlalu rendah. Sebagai contohnya, mukjizat nabi Musa a.s adalah terletak pada tongkatnya yang boleh bertukar menjadi ular. Manakal Nabi Isa a.s pula boleh menyembuhkan penyakit sopak, menghidupkan orang yang sudah mati dan sebagainya.
Mukjizat boleh dibagikan kepada dua jenis, yaitu:
a. Mukjizat Hissy
Mukjizat hissy ialah mukjizat yang dapat dicapai dan dirasai oleh pancaindera. Mukjizat jenis ini lebih mempengaruhi jiwa umum dan ianya mudah dimengerti oleh semua golongan manusia. Kebanyakan mukjizat yang Allah beri kepada para nabi dan rasul dari kalangan bani Israelialah berupa mukjizat hissy.
Ini kerana umat manusia pada masa itu kecerdasan mereka terlalu rendah. Sebagai contohnya, mukjizat nabi Musa a.s adalah terletak pada tongkatnya yang boleh bertukar menjadi ular. Manakal Nabi Isa a.s pula boleh menyembuhkan penyakit sopak, menghidupkan orang yang sudah mati dan sebagainya.
b. Mukjizat Aqli
Mukjizat Aqli ialah mukjizat yang hanya dapat difahami oleh manusia dengan akal serta mata hati sahaja. Mukjizat jenis ini hanya dikurniakan kepada Nabi Muhammad sahaja iaitu Al Quran. Di samping itu Nabi Muhammad saw juga mempunyai mukjizat hissy, ini kerana umat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw adalah bersifat yang kian hari kian maju fikirannya. Dengan lain perkataan mukjizat Al Quran itu boleh difahami dengan menggunakan akal fikiran yang murni dan mata hati memandangkan kandungannya adalah sesuai dengan ilmu pengetahun dan akal manusia serta terang terbukit kebenarannya.
Ø
Anatara Mukjizat
dan Keramat
Keramat atau karamah juga adalah tergolong dalam
hal-hal yang luar biasa yang terdapat pada diri seorang Wali Allah. Akan tetepi
cara ianya tidak disertai dengan dakwah kenabian.
Ø ANTARA MUKJIZAT DAN SIHIR
Antara mukjizat dan sihir ada beberapa perbedaan yang nyata. Sebagaimana yang telah dimaklumkan, mukjizat adalah kurniaan Allah kepada rasul atas permohonan rasul untuk membuktikan kerasulan dan kebenarana kata-kata dan dakwahnya.
Walaupun sihir dipandang luar biasa dari segi zahirnya, namun ia dapat dihalang daripada berlaku. Ini kerana sihir itu dapat berlaku dengan usaha orang-orang yang mengetahui sebab-sebab untuk melakukannya. Selain dari itu sihir adalah bersumber dari jiwa yang jahat dan bertujuan untuk menimbulkan kejahatan dan kerosakkan. Sedangkan mukjizat itu bertujuan untuk kebaikan dan sebagai petunjuk kebenaran.
Antara mukjizat dan sihir ada beberapa perbedaan yang nyata. Sebagaimana yang telah dimaklumkan, mukjizat adalah kurniaan Allah kepada rasul atas permohonan rasul untuk membuktikan kerasulan dan kebenarana kata-kata dan dakwahnya.
Walaupun sihir dipandang luar biasa dari segi zahirnya, namun ia dapat dihalang daripada berlaku. Ini kerana sihir itu dapat berlaku dengan usaha orang-orang yang mengetahui sebab-sebab untuk melakukannya. Selain dari itu sihir adalah bersumber dari jiwa yang jahat dan bertujuan untuk menimbulkan kejahatan dan kerosakkan. Sedangkan mukjizat itu bertujuan untuk kebaikan dan sebagai petunjuk kebenaran.
C. Ruhaniyah
Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, dan roh
1. Metafisika
Metafisik adalah (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". "Toko buku metafisika", sebagai contoh, bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.
Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata.
Berbeda halnya dengan telah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Metafisik adalah (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". "Toko buku metafisika", sebagai contoh, bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.
Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata.
Berbeda halnya dengan telah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan
antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif.
Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat
mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka
sesuatu itu lantas ada.
2.
Malaikat
Malaikat dalam Islam, merupakan hamba dan ciptaan Allah yang dijadikan daripada cahaya
lagi mulia dan terpelihara daripada maksiat. Mereka tidak berjantina, tidak
bersuami atau isteri, tidak beribu atau berbapa dan tidak beranak.
Mereka tidak tidur dan tidak makan
serta tidak minum. Mereka mampu menjelma kepada rupa yang dikehendaki dengan
izin Allah. Sebagai contoh malaikat datang kepada kaum Lut menyerupai lelaki
yang kacak (Surah Hud 11, ayat 78).
Malaikat dikatakan mempunyai sayap dan mampu terbang dengan laju
(sesuai dengan dengan cahaya yang bergerak laju).
Muslim wajib beriman kepada malaikat.
Muslim wajib beriman kepada malaikat.
Ø Nama dan tugas 10 Malaikat.
- Jibrail ( جبرائيل/جبريل ) Menyampaikan wahyu Allah.
- Mikail ( ميكائيل ) Menyampaikan/membawa rezeki yang ditentukan Allah.
- Israfil ( إسرافيل ) Meniup sangkakala apabila diperintahkan Allah di hari Akhirat
- Izrail ( عزرائيل ) Mencabut nyawa.
- Munkar ( منكر ) Menyoal mayat di dalam kubur
- Nakir ( نكير ) Menyoal mayat di dalam kubur
- Raqib ( رقيب ) Mencatat segala amalan baik manusia.
- Atid ( عتيد ) Mencatat segala perlakuan buruk manusia.
- Malik ( مالك ) Menjaga pintu neraka dan menyambut ahli neraka.
- Ridhwan ( رضوان ) Menjaga pintu syurga dan menyambut ahli syurga.
D. Sam’iyah
Sam’iyah yaitu pembahasan tentang
segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sama’i. Maksudnya, melalui dalil
naqli berupa Al-Qur’an dan As-sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surga, neraka, dan lainnya.
1. Alam Barzakh
Adapun peristiwa di alam kubur atau di alam barzakh bermula apabila
seseorang itu telah mati dan kemudiannya dimasukkan ke dalam kubur. Di alam
kubur itulah seseorang itu dikatakan berada di alam barzakh. Barzakh ialah
dinding pemisah di antara dua alam yang akan dialami oleh setiap manusia yaitu
di antara alam dunia dengan alam akhirat. Setelah seseorang itu mati, dia akan
kembali ke alam akhirat tetapi sebelum menempuh alam akhirat, dia akan berada
di alam barzakh terlebih dahulu. Alam akhirat yang sebenarnya ialah alam
Mahsyar iaitu setelah berlaku kiamat yang seterusnya manusia akan menuju ke
syurga atau ke neraka. Jadi, alam barzakh ialah tempat seseorang itu akan
menunggu setelah dia mati sebelum dia dibangkitkan semula oleh Allah SWT di
hari kiamat nanti.Apabila seseorang itu mati, dia akan ditanamkan. Ada setengah-setengahnya dibakar, namun hakikamya adalah ditanam juga dan tetap menuju ke alam barzakh juga. Bagi umat Islam, setiap yang telah mati adalah ditanam. Begitu juga sebahagian dari orang-orang kafir. Dan apabila seorang itu telah ditanam atau dikebuminkan, mana-mana yang mempercayai talqin akan membacakan talqin ke atasnya tetapi mana-mana yang tidak mempercayai talqin, mereka yang menghantarkan seseorang yang telah mati itu ke kubur akan pulang, tidak kira sama ada dia suaminya atau anaknya atau isterinya atau siapa saja. Tidak ada siapa yang mahu menunggu lama-lama di atas kubur tadi. Maka akan tinggallah seseorang yang telah mati itu tadi berseorang diri di dalam kubur yang sempit lagi gelap gulita itu.
Menurut satu riwayat hadis Rasulullah SAW, kibaran pakaian orang-orang yang hidup di atas kubur ketika meninggalkan kubur si mati setelah upacara pengkebumian selesai, dapat didengar oleh mayat yang terkujur di dalam tanah itu. Dan setelah beberapa langkah mereka meninggalkan mayat orang yang telah dikebumikan tadi, Allah SWT meniupkan semula roh si mati tadi ke dalam jasadnya. Ketika itu, mayat tadi pun terkejut dan bingkas bangun. Ada satu riwayat dari Syeikh Ibnu Hajar Haitami, roh yang dikembalikan oleh Allah SWT kepada mayat itu hanya kepada sebahagian badannya saja iaitu dari punggung ke atas.
Kemudian, setelah roh ditiupkan semula oleh Allah SWT kepada si mayat, dia pun hidup semula. Ketika itu datanglah dua orang malaikat yang bernama Mungkar dan Nakir untuk menyoal si mayat tadi. Adapun Mungkar dan Nakir ini akan hadir kepada setiap yang mati sama ada dia mukmin atau kafir, sama ada mukmin yang ahli syurga atau pun mukmin yang durhaka, yang munafik, yang musyrik dan sebagainya. Dan Mungkar dan Nakir ini ialah dua orang malaikat yang tidak siapa pun pernah melihat rupanya, walaupun Rasulullah SAW. Dengan sebab itu, tidak siapa pun kenal dan tahu akan kedua malaikat ini. Sebab itulah mereka berdua dinamakan Mungkar dan Nakir. Walau bagaimana pun keadaan kedua orang malaikat ini dapat digambarkan juga oleh ulama-ulama yang jiwa mereka siici dan bersih yang mana mereka itu sentiasa dalam pimpinan Allah SWT. Walau pun kedua malaikat malaikat Mungkar dan Nakir tidak pernah dilihat oleh sesiapa pun, tidak seperti malaikat- malaikat lain umpamanya Jibril dan Mikail yang mana kedua mereka itu pernah dilihat oleh Rasulullah malah Jibril adalah yang selalu bertemu dengan Rasulullah sama ada dalam rupanya yang asal mahupun dalam rupa menyamar, namun ada riwayat-riwayat hadis yang menggambarkan keadaan Mungkar dan Nakir itu.
Di dalam satu riwayat hadis menceritakan bahawa muka Mungkar dan Nakir ini adalah amat hitam dan legam lagi kebiru-biruan. Mukanya itu adalah terlalu besar dan lebar. Selain dari itu, jasadnya juga adalah hitam legam serta kebiru-biruan. Mata Mungkar dan Nangkir ini adalah merah menyala seperti sebiji periuk tembaga. Di dalam satu riwayat lain, mata Mungkar dan Nakir itu dikatakan seperti kilat yang menyambar, bersinar-sinar lagi tajam. Begitu juga keadaan matanya hinggakan tidak ada siapa pun yang boleh menatap matanya itu.
Suara kedua malaikat itu adalah seperti guruh halilintar yang membelah langit malah lebih dahsyat dari itu lagi. Kemudian, apabila malaikat ini bersuara ketika menyoal si mati dari golongan orang-orang yang mukin tetapi derhaka kepada Allah seperti orang yang mengaku mukmin tetapi tidak sembahyang, tidak puasa, tidak bersedekah, tidak naik haji bila cukup syarat, tidak mahu menunaikan perintah-perintah Tuhan malah melakukan larangan-larangan Tuhan seperti minum arak, main judi, bergaul bebas, berzina, mendedah aurat dan lain-lainnya dan juga bersuara kepada orang-orang munafik, orang kafir serta orang-orang musyrik, keluar dai mulut kedua malaikal itu suatu api yang menyambar dan membakar mayat-mayat tadi.
kita seorang diri di dalam alam kubur atau alam barzakh, tiada teman dan taulan, tiada sanak saudara, tiada pangkat dan darjat dan sebagainya. Semua itu sudah tinggal di dunia dan yang akan mengiring mayat ke dalam kubur hanyalah amal saleh yang akan menjadi pembela di dalam segala perbicaraan. Kalau ada amal saleh, maka akan terselamatlah kita di dalam persoalan-persoalan kedua malaikat tadi tetapi kalaulah amal saleh saja yang mengiring atau amal jahat, maka akan musnahlah si mayat. Dalam keadaan demikian terpekik terlolonglah si mayat seorang diri, tidak ada siapa yang tahu dan tidak ada siapa yang mendengarnya.
Adapun
azab dan derita yang diberikan kepada orang-orang kafir, orang munafik dan
orang-orang mukmin yang durhaka akan berterusan hingga ke hari kiamat. Cuma
bagi orang mukmin yang durhaka kerana dia mati membawa iman, azab yang
diterimanya sekali-sekala Allah rehatkan juga. Walaupun azabnya berlaku hingga
ke hari kiamat, tetapi ada ketika-ketikanya orang-orang mukmin yang durhaka itu
direhatkan yaitu bila datang malam Jum’at dan bila datang bulan Ramadhan.
Selain dari itu, mukmin yang durhaka ini akan juga mendapat keringanan azab
apabila kaum keluarga atau sanak-saudara serta anak isteri di dunia yang masih
hidup ingat kepada si mati dan mengirimkan doa serta sedekah jariah yang
pahalanya dikasadkan atau disedekahkan kepada si mati. Malah, kalau kiriman
yang sepenuhnya diperolehi oleh si mati daripada mereka-mereka yang masih hidup
terutamanya dari anak-anak yang saleh, kemungkinan azab atau siksa yang
diterima akan diberhentikan terus. Inilah peluang yang diberikan oleh Allah SWT
kepada orang-orang yang mati sebelum hari kiamat yaitu peluang untuk mereka
singgah dan berihat di alam barzakh di samping boleh menerima kiriman-kiriman
pahala dari mereka-mereka yang masih hidup terutamanya dari waris-waris si
mati.
Doa,
wirid zikir, baca Al Quran, sedekah tahlil, Yasin dan sebagainya, kecuali
amal-amal yang fardhu, semuanya itu boleh dikirimkan kepada mereka-mereka yang
telah mati lebih dahulu dengan mengkasadkan atau meniatkan pahalanya
disedekahkan kepada mereka. Mereka akan dilonggarkan daripada azab yang
diterima dan kalau pahala yang sepenuh diterima, boleh jadi azab yang diterima
itu dihentikan langsung. Jadi, sebagai anak atau sebagai isteri atau sebagai
suami yang sanak saudara masing-masing telah kembali ke alam barzakh terlebih
dahulu, eloklah meniatkan amal-amal bakti yang bukan fardhu agar pahalanya
disedekahkan kepada mereka. Malah bukan saja kita sedekahkan pahalanya kepada
sanak saudara kita yang lelah meninggal lebih dahulu, kita juga meniatkan
sedekahnya kepada seluruh orang mukmin lelaki dan perempuan.
Sebenarnya,
dengan kita mengkasadkan atau meniatkan pahala amal soleh kita kepada
orang-orang mukimun yang telah mati lebih dahulu, kita masih lagi mendapat
pahalanya. Janganlah kita khawatirkan yang kalau kita sedekahkan pahala amal
kita itu kepada sanak saudara serta seluruh orang mukmin yang telah mati, kita
tidak mendapal apa-apa pahala lagi. Sebenarnya, kita tetap juga menerima
pahalanya disamping kita dinilai oleh Allah sebagai orang yang tidak kedekut
dengan pahala dan kedekut dengan amal. Kita boleh bersikap tamakkan pahala atau
mengaut sebanyak pahala yang boleh tetapi kita tidak boleh kedekut dengannya.
Hendaklah kita dedahkan kepada siapa saja yang sudah mati sama ada mereka orang
soleh ataupun orang yang derhaka.
Bagi
orang-orang mukmin yang sejati atau orang-orang mukmin yang saleh, dia terlepas
dari sebarang siksa kubur hatta malaikat Mungkar dan Nakir yang begitu ganas
dan garang pun menjadi lemah lembut dengan mereka. Bagi mereka, alam barzakh
ialah tempat mereka berehat dengan penuh keindahan dan kenikmatan. Allah
datangkan untuk mereka nikmat-nikmat yang banyak sepertimana nikmat di dalam
Syurga. Setengah daripada nikmat untuk mereka ialah Allah perluaskan kubur
mereka hingga 70 hasta lebar. Dan kemudian Allah panjangkan kubur itu sehingga
70 hasta panjang. Maka berehatlah si mayat di dalam rumahnya yang begitu lebar
dan luas sehingga ke hari kiamat.
Setelah
Allah perluas dan Allah perpanjangkan kubur orang soleh, Allah bukakan salah
satu daripada pintu Syurga. Maka mengalirlah kebahagian daripada nikmat Syurga
termasuk makanan yang lazat-lazat.
Yang
demikian, kata ulama, jadilah suasana di alam barzakh bagi orang-orang mukmin
yang saleh seperti suasana malam bulan purnama setiap saat dan ketika sehinggalah
dia dihimpunkan di padang Mahsyar kelak.
2. Tanda-tanda Kiamat
Menurut Islam
Daripada
Huzaifah bin Asid Al-Ghifari ra. berkata:
“Datang kepada kami Rasulullah saw.
dan kami pada waktu itu sedang berbincang-bincang. Lalu beliau bersabda: “Apa
yang kamu perbincangkan?”. Kami menjawab: “Kami sedang berbincang tentang hari
qiamat”.
Lalu Nabi
saw. bersabda: “Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya
sepuluh macam tanda-tandanya”. Kemudian beliau menyebutkannya: “Asap, Dajjal, binatang,
terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam alaihissalam,
Ya’juj dan Ma’juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan
yang ketiga di Semenanjung Arab yang akhir sekali adalah api yang keluar dari
arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia kepada Padang Mahsyar mereka”.
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang
disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang
besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu
ialah:
- Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
- Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
- Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
- Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
- Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
- Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang akan membuat kerusakan dipermukaan bumi ini, yaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
- Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di China, Tsunami di Aceh.
- Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico, Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika Latin
- Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di Mesir sebagai pembukanya.
- Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman.
Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar
al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau mengatakan: “Apa yang dapat
dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-hadis Rasulullah Saw.
bahawa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-petanda besar yang
mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini. Keadaan itu
akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun dari
langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan
tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala yang
mana kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat
itu. Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari
yang matahari pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya”.
Di samping ruang lingkup di atas,
pembahasan akidah bisa juga mengikuti sistematikaarkanul iman(rukun iman). Kita
ketahui bersama bahwa rukun iman itu ada 6 yaitu:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat(termasuk
pembahasan tentang makhluk rohani, seperti jin, iblis, dan setan)
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah.
5. Iman kepada hari akhir
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada Qada dan Qadar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengenai makalah tentang ruang
lingkup pembahasan Aqidah baik yang Ilahiyah atau mengenai ALLAH, Nubuwwah atau
mengenai Rasulullah dan kitab-kitab ALLAH, Ruhaniyah atau mempelajari tentang
hubungan alam Metafisik atu hubungan dengan jin, syaitan, iblis, malaikat dan
lain-lain, maupun Sam’iyah mengenai kepercayaan dengan hal-hal yang terdiri
dari Qada baik ataupun Qadar buruk. Ternyata dari yang telah kita pelajari
bersama dapat disimpulkan, dengan mempelajari hal-hal di atas kita jadi dapat
mengetahui sedikit banyak mengenai Allah, rasululllah, kitabullah, maupun
definisi dari rukun iman itu sendiri dan juga kita mengetahui
pelajaran-pelajaran yang termasuk dalam ruanglingkup aqidah. Juga dari beberapa
informasi pelengkap tadi dapat menyegarkan pikiran dari pada hal-hal yang
sebelumnya kita curigai atau disalahsangkakan.
B. Saran
Semoga apa-apa yang telah kami
sajikan tadi dapat bermanfaat dan dapat di amalkan dalam kehidupan sehari-hari
dan juga dapat diambil hal-hal penting dari makalah ini yang kemudian di
terapkan dalam kehidupan kita. Semoga yang kami sajikan ini dapat menjadi
pembelajaran/motivasi terhadap kita agar kita lebih baik lagi pada masa yang
akan dating.
sangat bagus pembahasannya..
BalasHapus